Bukan hal baru lagi kalau dunia beserta manusia penghuninya munafik semua. Kau, aku, orang-orang.. kita sama. Orangtuaku adalah contoh paling nyata, tidak----salah satu yang paling nyata----yang kutahu begitu munafiknya. Dalam kepercayaan yang kuanut, tiga ciri orang munafik adalah, pembohong, ingkar janji, dan pengkhianat. Bila kita satukan poin-poin tadi maka kita akan dapatkan satu kesimpulan : orang munafik adalah orang yang lain didepan, lain dibelakang.
Aku kenal dengan beberapa teman. Dan mereka adalah munafik paling handal yang kutahu. Mungkin kau juga punya? Mereka itu adalah orang-orang yang pastinya BUKAN musuhmu. Mereka bisa jadi keluargamu sendiri, pacar, atau teman karib. Mereka lebih parah dari sekadar musuh. Mereka menggerogotimu dari belakang, menjijikkan sekali. Membuatmu meletakkan kepercayaan lalu menghancurkannya begitu saja suatu hari. Sounds familiar?
Temanku, contohnya. Sebelumnya, kupikir dia adalah orang paling teguh hatinya. Maksudku, ya Tuhan, dia itu banyak sekali yang benci. Semua orang, hampir semua orang yang kukenal membicarakannya di belakang. Tapi mereka semua bersikap manis didepan temanku itu. Mari kita sebut rekanku ini sebagai Ally. Ally membuatku kagum kadang-kadang. Ia baik dan ramah pada siapapun juga. Adik kelas, guru yang menyebalkan, teman-temannya. Betapa menyedihkan mereka semua membicarakan Ally dibelakang. Karena aku cukup dekat dengan Ally, kadang-kadang aku mendengar omongan buruk seperti : "Hei, gimana kabarnya sahabat nt? Si Ally?", mereka jelas-jelas menyindirku yang lumayan dekat dengannya. Jijik sekali dengan kepongahan mereka. Tingkah menjijikkan itulah yang justru membuatku bangga berteman baik dengan Ally. Aku senang betul menyadari bahwaaku cukup berani berteman dengan Ally tak peduli betapa mereka selalu memojokkan dia.
Kurasa salah satu alasan kenapa mereka membenci Ally dibelakang dengan kepengecutan seorang munafik adalah karena Ally anaknya lumayan alim. Dia itu berbeda. Beneran. Orang alim yang rajin beribadah kan banyak, tapi si Ally ini, entahlah, gayanya yang kemayu sekaligus gemar mengingatkan kesalahan orang, memang kadang menyebalkan buat mereka (buatku juga kadang-kadang), bedanya adalah aku tidak lantas membencinya. Merekalah yang demikian. Sulit untuk kuceritakan disini, tapi sedih rasanya kalau aku lewat gerombolan anak-anak itu (yang sedang membicarakan Ally) lalu tiba-tiba mereka beralih ke topik lain seakan takut aku melaporkan mereka kepada Ally. Kalau sudah begitu rasanya ingin sekali kukirim mereka ke tahun 1944 ke kamp konsentrasi Auschwitz agar digas bersama munafik-munafik lain disana.
Aku ini bukannya senang berprangsangka buruk. Bagaimana mau berprasangka buruk kalau kenyataan yang terjadi memang buruk? Ally benar-benar tidak punya teman disana, tapi dia punya niat yang mulia. Dia bilang ingin mengabdi jadi guru disekolah, yang mana kutahu sekolah swasta keparat yang SPP nya mahal sekali itu, amat sangat kecil gaji pokok gurunya. Tapi dia tidak keberatan, dia bahkan rela untuk menunda kuliahnya. Begitu baik tujuan dia itu pada sekolah yang memberinya kenangan buruk.
Tidak jarang juga Ally menangis dan bercerita tentang perasaannya padaku. Itu membuatku semakin menyukainya saja.
Tapi yang namanya manusia selalu mengecewakan. Pertama mereka membuatmu yakin bahwa, dialah orang paling berharga. Sehari kemudian, dialah orang paling mengecewakan yang pernah ada. Selalu begitu, seperti siklus. Sepertinya kita semua memang diciptakan begitu?
Aku tidak percaya. Aku tidak pernah percaya semua orang selalu munafik.... sampai aku mengenal Ally.
Yang membuatku kagum padanya, salah satunya adalah, tentu saja, prinsip dan idealisme dia. Dia itu anti-pacaran. Dia punya tunangan. Si Ally, tiap kali libur akhir minggu, tunangannya datang ke sekolah. Waktu itu usia kami berdua 17 tahun. Tunangannya sudah kuliah, sepertinya terpaut 2 tahun dari Ally. Dia bawa macam-macam hadiah untuk Ally. Bunga, makanan, ya.. dan cincin. Kelakuan mereka persis seperti pengantin baru. Buatku sendiri, itu agak mengganggu. Tapi kupikir-pikir, mereka kan sudah bertunangan? Orangtua keduanya saling setuju, jadi mestinya gak masalah kan? Jadi diam-diam aku mendukung hubungan mereka juga.
Sialnya, aku lagi-lagi membuat kesalahan...
Aku terlalu percaya pada orang lain. Itu kesalahan terbesarku waktu itu.
Kami berdua lulus. Dan seperti keinginan lama Ally.. dia mengabdi kepada sekolah keparat itu. Untuk murid-murid blo'onnya yang sama keparatnya. Ally. Yang kudengar, tunangannya memutuskan hubungan. Aku tidak pernah tahu kenapa. Pokoknya mereka putus. Sebabnya? Aku tidak tertarik. Tapi yang bikin aku marah sampai sekarang padanya adalah, well... dia menikah dengan orang lain, tapi mereka sudah berhubungan badan dengan orang sial itu. Mereka sudah berzina. Dua-duanya. Dua kali pula.
Bikin mual. Mual, kalau ingat dulu Ally adalah anak baik, korban kemunafikan orang-orang sekitarnya. Lebih mual lagi, kenyataan bahwa dulu aku sangat mendukungnya.
Dan berita tidak mengenakkan itu berasal dari temanku yang lain. Awalnya tidak percaya. Tapi... yah ada beberapa alasan. Sudah cukup, aku tidak mau tahu lebih jauh lagi. Ally tidak pernah cerita padaku. Mungkin dia malu? Kalau aku jadi dia, itu yang kurasakan. Itu memang aib. Karena aku tidak peduli berapa banyak jumlah pelacur dan gigolo di dunia ini. Aku tidak peduli kalau teman SD ku---yang dulu main sepeda denganku, bercinta dengan tukang batagor dikamar mandi, aku gak peduli apakah sebenarnya Rhoma Irama punya isteri lebih dari 10? Persetan.
Tapi ini Ally. Aku mengenalnya dengan baik.
Dan dia... sialan. Sudahlah, itulah kenapa aku bisa jadi pembenci dunia paling akut. Bahkan aku tidak percaya kalau ayahku memujiku. Dia pasti selalu ada maksud lain. Persetan.
Tapi itulah... kadang-kadang kita tak bisa berbuat apa-apa. Manusia sudah pasti berubah. Kemarinnya dia anak paling manis dan penyabar, besoknya kau lihat di TV, dia membunuh temannya sendiri karena pacarnya selingkuh... bla bla bla. Coba saja tonton acara reality show sekarang yang memperlihatkan kemunafikan itu semua. Mempertontonkan aib orang-orang. Aku menontonnya juga, jangan salah. Tapi aku biasanya cuma tertawa.
Begini saja, kalau kau membenci kata-kata fuck you, dan ingin menghapusnya, akan selalu ada fuck you-fuck you lain sedang ditulis seseorang ditempat lain. Mau dikasih waktu sepuluh juta tahun untuk menghapusnya juga tak akan bisa. Manusia memang makhluk menyedihkan.
Sebenarnya tidak hanya si Ally. Ada 'teman-teman'-ku yang lain yang gak kalah parah. Tapi bisa muntah beneran kalau kutulis disini. Kau juga tidak akan sudi membacanya, kan?
Jadi pesanku, jangan terlalu banyak berharap. Hidup ini menyebalkan. Tapi kalau ada orang baik kepadamu dengan tulus, dan kau paham betul bahwa dia tulus padamu, terima saja. Belum tentu ada orang lain yang sepertinya. Jangan berharap apa-apa di dunia fana ini. Sebab dunia cuma sekadar gurauan dan main-main belaka.
Have a nice day, kids!