Judul : Stand By Me (1986)
Produksi : Columbia Pictures
Sutradara : Rob Reiner
Aktor : Wil Wheaton, River Phoenix, Jerry O'Connell, Cory Feldman, Kiefer Sutherland
Tagline : For some, it's the last real taste of innocence, and the first real taste of life. But for everyone, it's the time that memories are made of.
Tiba-tiba ane terpikir untuk mengulas film yang pertama kali membuat ane menyukai aktor River Phoenix. Jadi, mumpung sedang mau, bolehlah ada postingan khusus untuk film jadul ini.
Film ini memulai kisahnya dengan adegan Gordie LaChance dewasa (Richard Dreyfuss) yang sedang merenung dalam mobilnya. Ia sedang mengenang masa kanak-kanaknya di kota tempat kelahirannya : Castlerock, sebuah kota imajiner yang terletak di Maine, Amerika Serikat. Pada akhirnya kesuluruhan isi film adalah penuturan dari si tokoh utama, Gordie LaChance itu sendiri.
SINOPSIS
Film ini berkisah tentang empat anak remaja belasan tahun yang memulai petualangan mereka di musim panas untuk mencari mayat seorang anak lelaki yang diduga tewas di tengah hutan saat memetik buah blueberi. Mereka memiliki motivasi yang sama : ingin terkenal dan diakui masyarakat. Akhirnya dimulailah petualangan keempatnya bersamaan dengan terjadinya kejadian-kejadian menarik sepanjang perjalanan.
WHY IS THE MOVIE REALLY GOOD?
Film-film tahun 80-an dan 90-an memang berbeda. Setidaknya itulah kesimpulan ane setelah menonton beberapa judul. Kalau ane boleh lebay, itu juga bisa dianggap sebagai masa keemasan film-film bermutu. Dari keorisinilan cerita, plot, akting para aktor, dan sebagainya. Film-film seperti The Shawshank Redemption, Pulp Fiction, Dances With Wolves, Rain Man, E.T, atau The Sixth Sense adalah beberapa diantaranya. Sementara Stand By Me, adalah sebuah film mengenai kehidupan remaja tahun-tahun tersebut, di sebuah daerah terpencil, yang bahkan tanpa menggunakan efek visual berlebihan serta bujet besar, mampu menjadi salah satu film yang diingat dari era kejayaan itu. Mungkin sebabnya adalah, pertama karena tentu saja cerita yang sederhana, masuk akal, dan menyentuh. Kedua, karena film itu memiliki soundtrack yang juga sama terkenalnya : Stand By Me yang dinyanyikan oleh Ben E. King. Ketiga, karena itu adalah salah satu film terbaik yang dibintangi oleh River Phoenix. Kau tidak kenal siapa dia? Sayang sekali!
Jika kita mau berpikir dalam-dalam, bahkan ketika menyelami film dengan cerita yang sederhana namun dibalut dengan dialog dan akting yang mengesankan, kaupun bisa mendapat sesuatu. Stand By Me sebenarnya mengisahkan perjalanan menuju kedewasaan dari masing-masing karakter. Cerita yang terfokus pada empat karakter remaja itu berhasil membangun cerita dengan sangat baik.
Gordie LaChance (Wil Wheaton) sebagai tokoh utama dan yang paling perhitungan dalam gengnya adalah seorang anak yang sedang berkabung karena wafatnya sang kakak, Danny LaChance (John Cusack). Tapi masalah sebenarnya adalah penolakan dari kedua orangtuanya yang saking merasa kehilangan anak kebanggaannya justru menyudutkan perasaan Gordie.
Chris Chambers (River Phoenix), fuck.. ini karakter favorit ane, ane harus jujur! Dia adalah si leader of the gang yang cinta damai dan bisa dikatakan paling bijak. Berbeda dengan kesan yang kita dapatkan, keluarga Chris adalah keluarga dengan imej buruk karena ayahnya pemabuk dan suka melakukan penyiksaan fisik terhadap dirinya. Diluar semua itu, Chris Chambers benar-benar anak yang baik namun menjadi korban stereotip masyarakat kotanya.
Teddy Duchamp (Corey Feldman) adalah anak dengan kacamata tebal karena memiliki masalah penglihatan serius. Namun itu tidak menyurutkan ambisinya masuk ke angkatan darat. Bisa dibilang dengan karakter nekat dan kasarnya, ia adalah weirdo of the gang. Tapi bahkan itupun tidak membuat kita membencinya dan malah menyukainya. Ayahnya begitu kasar. Diceritakan telinga kirinya kehilangan bentuk karena si ayah menyeret telinganya ke kompor. Tapi Teddy selalu membela ayahnya mati-matian tiap kali sesorang melecehkannya.
Vern Tessio (Jerry O'Connell). Gemuk tapi yang paling kocak dari geng itu. Ia memiliki masalah kepercayaan diri. Tapi ia selalu antusias dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan konyol kepada teman-temannya. Ia adalah karakter yang polos dan paling kekanakan tapi--menurutku--juga paling manis diantara mereka. Mungkin karena dia tak pernah terlihat marah ataupun berlaku kasar.
Menurutku lagi.. sedikit sulit menemukan film sejenis di tahun-tahun belakangan. Kau bisa lihat dan cek sendiri seperti apa selera pasar. Kalau tidak film remaja dengan kemampuan sihir maka percintaan ala vampir, ah.. atau tentang remaja yang bisa main basket sambil menari (bayangkan). Bukannya aku mau sok tua atau sok kritis, tapi film-film itu tidak pernah menarik buatku. Taruhlah kau mengajakku nonton film drama vampir cengeng di bioskop, GRATIS. Sampai aku dipukuli oleh Satpol PP Blok M juga, aku tidak akan mau. Mungkin inilah yang membuat film Stand By Me sangat berkesan bagi orang-orang sepertiku. Sampai sekarang di situs Rotten Tomatoes dia masih dirating 94% fresh, padahal hampir dua dekade berlalu. Mana ada film sekarang yang begitu? Mau contoh? Baru beberapa waktu yang lalu Sorcerer's Apprentice rilis.. aku jamin 10 tahun mendatang tak ada yang mengingat film itu. Atau film Percy Jackson? Twilight Saga? Silakan berharap. Tapi aku yakin film seperti Dead's Poets Society, Stand By Me, atau 10 Things I Hate About You akan selalu terdengar familiar. Beberpa bahkan akan berpengaruh buat pemikiranmu sendiri.
Ini adalah film dengan tema persahabatan dan kedewasaan sebagai menu utamanya. Ane tahu mungkin ini kedengaran basi. Tapi film ini selalu menyentuh perasaan siapa saja. Terutama mereka yang menyadari bahwa mereka pernah mengalami saat-saat bersama teman-temannya yang menyenangkan tanpa FB atau Xbox dirumah. Atau mereka yang menyukai cerita sederhana tapi bermoral, atau mereka yang merindukan film-film bermakna tanpa sunguhan fantasi omong kosong dan sebagainya. Film ini lucu dan walaupun mudah ditebak, tapi bagus sekali. Aku tidak bisa memujinya lebih dari ini.
Yah, setidaknya itulah pendapat pribadi. Silakan nonton untuk simpulkan sendiri.
(bukannya apa, kalau berusaha mencari di toko kaset ataupun tempat rental, sangat langka.. dan ane gak pernah lihat stasiun TV manapun menyiarkannya. Jadi ini terserah. Mau piracy kek mau illegal kek, your choice. Yang pasti film ini gak akan bikin nt nyesel habis menontonnya. Menurut ane.
TRIVIA (warning SPOILER!!)
1. Film ini diangkat dari novella Stephen King berjudul "The Body" yang termasuk dalam 4 rangkaian cerita pendek dalam novel "Different Seasons" karangannya. Tiga cerita lainnya : Rita Hayworth and The Shawshank Redemption, The Green Mile, dan Apt Pupil juga diangakat ke layar lebar.
2. Kalau sempat melihat official music videonya di
Youtube, maka akan terlihat kedua aktor utama River Phoenix dan Wil Wheaton tampil disana. Go listen to it, kids!
3. Pada novellanya, ketiga karakter utama, kecuali Gordie, meninggal di usia muda. Namun pada filmnya, hanya Chris Chambers yang meninggal muda. Agak mengingatkan pada kenyataan bahwa River Phoenix juga meninggal di usia 23 ketika aktor lainnya masih hidup sampai sekarang. Ironi yang selalu sukses membuatku sedih.
4. Para aktor tidak diizinkan melihat aktor pemeran mayat Ray Brower (Kent W. Lettrell) sampai pada adegan ketika di shoot agar menghasilkanreaksi terkejut yang alami. Dan itu berhasil.
5. Adegan ketika Chris Chambers menangis saat ia bercerita dengan Gordie di hutan adalah asli.
6. Adegan lintah di rawa itu benar-benar pernah terjadi pada diri si penulis Stephen King. Dan sebenarnya pula film ini berdasarkan pengalamannya ketika melihat sahabat baiknya tewas tertabrak kereta di tengah hutan tepat didepan mata King sendiri.
lainnya silakan dilihat di
sini.
Thanks for reading. Remember, always take what's good in everything.
Have a nice day all!