Seekor kucing berbulu hitam putih menyelinap perlahan diantara kaki para pengunjung kantin bakso di belakang kampus. Seperti kebanyakan kucing lain yang membenci air, dalam artian: hujan, mereka mencari tempat hangat dan nyaman untuk berteduh. Kucing yang satu ini memutuskan untuk tidur siang di bawah meja kantin, meja yang berada tepat disebelahku. Kusantap makan siangku dengan pandangan tak mampu lepas dari si kucing.
Sejak dulu aku selalu menyukai makhluk bermata tajam bernama kucing ini, kalau tidak dibilang fanatik. Kucing selalu membuatku terpesona. Lebih kearah perasaan kagum daripada gemas. Aku menyukainya bukan saja karena mereka pandai bersikap manis dan berbulu lembut. Makhluk yang tersebar diseluruh penjuru dunia ini memiliki aura kemandirian dan kepandaian. Kucing adalah makhluk yang pandai, meskipun kau mungkin lebih setuju lumba-lumba atau simpanse adalah mamalia terpandai dimuka bumi. Mata mereka yang tajam seakan mengisyaratkan perasaan mereka sebagai makhluk yang terbuang dan terlantar, tapi mereka tetap berjuang hidup. Ini lucu betul memang, tapi aku sangat menyukai sorot mata kucing.
Daripada imej sebagai hewan pencuri (seperti istilah 'cat burglar'), kucing adalah makhluk yang kalem. Jika anjing memiliki rasa kesetiaan dengan tuannya, kucing yang bahkan kucing-peliharaan sekalipun, tetap merupakan makhluk mandiri. Sebagai pemburu yang ulung, ia mengandalkan penciuman yang tajam serta gerakan yang cepat. Anjing mungkin ditakdirikan sebagai sahabat terbaik umat manusia, kucing diciptakan untuk dirinya sendiri, bukan untuk mengabdi pada siapapun. Singkatnya, dia bukan makhluk terikat.
Dan itulah alasanku menyukainya, lebih dari para anjing.
Lagipula, yang bikin aku heran dengan kesinisan manusia pada kucing adalah, terkadang kucing dianggap makhluk penyebar penyakit dan pencuri. Sebenarnya mungkin "iya", tapi lagi-lagi itu tergantung pandangan kita masing-masing. Kucing bagaimanapun juga 'mencuri' ikan diatas meja makan untuk hidup. Apa yang salah dengan itu? Toh, kita hidup di bumi berdampingan dengan makhluk hidup lain yang juga berjuang mempertahankan hidup. Kalau semua orang menghayati prinsip toleransi antar sesama makhluk hidup, niscaya kita tidak akan tega berbuat semena-mena dengan makhluk hidup lain.
Aku ceramah begini jadinya, hahahahaha..
Yah, pokoknya...
kembali ke kucing belang hitam putih yang pertama kali aku bicarakan, dia masih tidur disana. Baru saja terlelap setelah letih mengawasi kalau-kalau ada kaki manusia yang mengusirnya. Ia tertidur disana, aman dan hangat. Aku senang melihatnya. Maksudku, itu bagus sekali.. melihat sang kucing yang malang dan terlantar paling tidak bisa tidur siang dengan enak. Yap, sebelum seseorang datang dan memukul sang kucing, mengusirnya dengan satu tendangan hingga membuat si kucing tersentak. Aku sendiri juga terkejut bercampur gusar. Seseorang tak punya hati merusak tidur siang si kucing dan memukulnya. Seakan belum cukup untuk membuat si kucing terkejut, ia juga menyakitinya. Aku tidak tahu apa yang dirasakan si kucing tentang sikap manusia sombong tadi, kecuali perasaanku sendiri yang terasa sakit. Aku tiba-tiba teringat akan seekor anak kambing yang kakinya terserempet motor seseorang di tengah jalan raya ketika aku mudik kemarin. Masih teringat di kepalaku erangan anak kambing yang menyayat hati itu.
Meskipun tak bisa dibandingkan dengan kejadian anak kambing tersebut, kucing tadi tetaplah meyedihkan buatku. Sang kucing bangun dan pergi perlahan dengan tenang. Tanpa protes. Lagi-lagi dengan matanya yang sayu. Ia menghilang di luar pintu kantin. Mood-ku untuk makan hampir hilang.
Aku jadi berpikir, berapa banyak, detik ini, makhluk hidup diluar sana yang mengalami penyiksaan lebih parah? Mengapa manusia begitu angkuh dan merasa bumi tersedia untuk melayani kehidupan dirinya saja? Sehingga saking pelitnya, tak ada tanah tersisa untuk si kucing tidur dan berteduh. Si kucing tidak buang air,tidak mencuri makanan, tidak mengganggu siapapun, for God's sake!
Lalu aku sadar, bisa jadi hanya aku seorang di dunia ini yang berpikir seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar