Selasa, 31 Agustus 2010

No Regrets! (Oasis Tribute)

Oasis bubar tahun lalu, Agustus 2009. Dan ane jadi penggemar berat dadakan bulan Juni yang panas tahun 2010. Sungguh ironi..........!!
Ironi karena ada beberapa penyesalan disini. Ane gak akan mendengar lagu baru mereka, gak akan nonton konser mereka (kecuali kalau mereka mengadakan konser reuni), sedih karena masa-masa mereka lagi jaya dan jadi headline di media sudah l.e.w.a.t. Semuanya sudah LEWAT. Grrr..
Kenapa ane tiba-tiba ane nge-post tentang Oasis? Karena bulan Agustus kemarin adalah bertepatan setahun mereka bubar. Ane nge-post ini awal September, soalnya moodnya baru muncul bulan ini. Dasar, moody.

Kalau dipikir, ane menyukai mereka bukan karena mereka adalah band terbesar di era Britpop Movement (90's), atau karena mereka suka berkoar : "we're the best band in the world!", atau karena mereka menjual album What's the Story Morning Glory lebih laris daripada album Revolver-nya Beatles. No.

Mereka punya semangat tertentu. Semangat, passion, spirit. Dan itu semua adalah definisi musik buat ane.

Setiap orang punya seleranya masing-masing. Kau berjoget mendengar lagu Telephone-nya Beyonce? Ane nggak. Kau ikut bernyanyi mendengar lagu-lagu Owl City? Mungkin aku ya, kebanyakan tidak. Ikut mengetuk-ngetukkan meja mendengar lagu "Lollipop"-nya Mika? Aku tidak. Tidak masalah, sebab membicarakan musik berarti bicara secara subjektif.

Oasis adalah band yang punya tiga hal penting sebagai rock'n'roll band : lagu, sikap, dan ciri khas. Meskipun Sir Paul McCartney pernah bilang : "mereka cuma band yang menyanyikan lagu-lagu anak muda, mereka akan hilang dengan sendirinya", tapi ane gak setuju. Tentu saja semua fans juga begitu. Band yang dimotori Gallagher bersaudara, dengan sifat mereka yang bagai minyak dan air ini, mampu bertahan melawan tes waktu. Sebuah polling yang diadakan di misformusic.com membuktikan bahwa mereka adalah band paling berpengaruh di era 90'an, dan berbagai polling lainnya. Tapi bahkan lagi-lagi bukan itu yang terpenting. Semua orang tahu lebih dari 200 juta orang menonton video klip Lady Gaga, "Bad Romance", tapi apa semua orang menonton karena menyukainya? Silakan baca komentar-komentar di Youtube kalau tidak percaya. Oh, no offense!

Noel pernah bilang dalam sebuah film dokumenter tahun 2000. "You can put your life in this band, which won't throw it all away", dia melanggarnya. Noel sendiri yang menyatakan mundur dari Oasis. Bukan sekali ini dia mengecewakan para fans. Meskipun ane merasa, sepertinya sih dia tidak peduli apa yang akan dikatakan orang tentang bubarnya band. Ya, tak pernah kudengar sekalipun dari mulut Noel maupun Liam kata-kata penyesalan atau maaf (kecuali ketika insiden Noel mendoakan Damon Albarn "Blur" supaya kena AIDS dan mati. Itu saja yang kutahu.) Itulah yang membuatku menyukai mereka. Tak ada penyesalan. Apa yang sudah menjadi statement, tidak boleh ditarik lagi. Tidak boleh merasa malu atau ragu. Itulah Gallagher bersaudara, itulah spirit dari band ini. That's why they got the best fans in the world. Loyal fans.

Mengingat kembali masa kejayaan mereka. Yang kini mungkin cuma tercetak saja di koran-koran usang dan semakin dimakan waktu. Para penggemar yang dahulu sekumpulan remaja-remaja keras kepala penggertak dunia dengan rock and roll, sekarang semakin bertambah umur. Semakin dewasa, bisa dikatakan begitu. Noel dan Liam Gallagher pernah berada di puncak gunung dan melihat banyak hal, tapi yang namanya hidup itu berputar. Dan tak ada Oasis yang sama lagi. Seperti halnya (kemungkinan) tak ada band seperti mereka lagi. Musik dengan passion, attitude, and spirit. Para fans tahu hal itu dengan baik, dan mereka semakin dewasa pula. Semakin menerima kenyataan.

Tapi ane sendiri bersyukur. Ane bersyukur ane mengenal mereka. Menyukai musik mereka. Jadi fans mereka. Yang namanya "fans" itu bukan sekadar orang gila yang suka mengumpulkan kaos, stiker, atau membuat tattoo idola mereka di punggung. Fans adalah orang yang menyukai sesuatu dengan passion dan menjadikan beberapa hal sebagai standar mereka. Bukannya sok-sokan bikin standar hidup atas nama band rock'n'roll, tapi setidaknya mampu menarik pelajaran yang baik.Pernah begitu?

Ngomong-ngomong soal "baik", ane merasa postingan tribut untuk band kesukaan ane ini jauh dari kata "baik". Hahaha. Biarlah tangan ini mengetik apa yang dia suka. Ane tinggal mengikuti.

Thank you for the good times. Sebagai salah satu fans dari jutaan lainnya, ini cuma mewakilkan sedikit atas penghargaan kita pada Oasis dan Gallagher bersaudara. Mereka dengan sikap dan ambisi selangit, semangat, dan kejujuran mereka mampu memotivasi banyak orang (meskipun mereka tidak pernah bilang mereka bermaksud memotivasi siapapun, hanya ingin bermusik, tidak lebih). Semua lagu yang terlahir dari otak Noel, semua lirik utopia nan jujur yang akhirnya dinyanyikan dengan penuh kebanggan oleh vokal Liam itu akan jadi bagian dari suatu masa dalam hidup ane. Dimana masa yang masih labil dan penuh keraguan itu, menjadi tercerahkan oleh "Live Forever", "Listen Up", "I Hope I Think I Know", "The Masterplan", "Revolution Song", "Gas Panic" mereka. Semua itu bukanlah sebuah motivasi, lebih tepat dikatakan "berbagi pengalaman", karena mereka berbicara atas keinginan dan pengalaman hidup yang keras dari masing-masing. Noel dan Liam Gallagher. Andaikan ada mereka disini, bukannya ingin meminta tanda tangan mereka di secarik kertas atau kaus, karena bagaimanapun tanda tangan, ya tanda tangan, tak lebih dari sekadar coretan tangan. Yang mungkin ane lakukan adalah menjabat tangan mereka dan bilang : "Thank you for the good times, thank you for sharing those tunes that maybe didn'tchange anything, but leave some hopes to me. A hope that a better day always come to us!".

Inspirasi? Bukan. Cuma pengingat bahwa manusia itu sejak awal adalah makhluk yang kuat.

Have a nice day, kids!

Sabtu, 28 Agustus 2010

Soal Cowok dll.

Pernah nggak ditanya soal makna 'kebebasan' dan lain-lain?
Ane sering bicara hal-hal yang berat. Kau tahulah, hal-hal serius macam : apa arti hidup buatmu? Kenapa ya, manusia gak pernah puas? Apa yang terjadi nanti setelah mati? Dan lainnya yang biasa diobrolin di kampus. Meskipun entah kenapa beberapa orang agak senang membicarakannya denganku, mungkin dipikirnya aku ini anak yang serius dan punya pikiran agak mendalam dibanding yang lain. Aku tidak tahu.

Tapi yang pasti aku bukannya tidak senang ngomongin itu, hal-hal menyesakkan hati seperti itu kadang justru enjoy juga. Aku ini bukannya sok filosofis atau apa. Mungkin karena aku memang terlalu melihat sesuatu dengan serius yang bahkan juga diiringi rasa cemas dan takut. Susah menjelaskannya.

Tapi hal yang paling tidak ahli kubicarakan adalah tentang cinta. Kau tahu, cinta... cinta pada lawan jenis. Mungkin itulah sebabnya setahu yang aku lihat, hampir tak ada yang berbicara soal "cowoknya" atau "ceweknya" denganku. Curhat soal pasangan mereka dan sebagainya. Mungkin itu juga sebabnya kebanyakan teman dekat sekitarku adalah jomblowan/jomblowati. Serius. Rata-rata temanku yang punya pacar, mereka seakan punya base camp sendiri-sendiri. Lucunya, seandainya ada pasangan yang baru jadian, sementara anak sekelas tahu kejadiannya, biasanya cuma aku sendiri yang tidak tahu. Tak ada orang yang memberi tahuku. Dan aku juga tak pernah menanyakan begituan. Atau akunya yang kurang peka? Pokoknya barulah sebulan dua bulan aku tahu. Soal begituan memang tidak penting untuk diketahui, sih. Aku cuma terkejut dan agak bingung, jangan-jangan aku punya semacam sexual disorder atau apa? Aku ini tidak tertarik pada satupun makhluk lawan jenis dalam hidupku. Kecuali, yah... artis-artis itu.

Sebenarnya soal jatuh cinta (akh, akhirnya kuketik juga 'kan..), teman-teman juga banyak yang merasakan hal yang sama. Umumnya bukan karena gak berminat. Mungkin karena belum ketemu yang cocok.

Yang bikin aku heran lagi, nih... aku paling benci, beneran benci plus risih, kalau ada cowok yang coba-coba memberi perhatian khusus padaku. Aku sih bisa saja pasang tampang suka, tapi perasaan sebenarnya berlawanan. Gak sekali dua kali ane dikasih barang sama cowok, jujur saja. Tapi tiap kali ingat, yang terbersit dalam pikiran adalah : sial, gw serasa ngutang sama cowok. Aku memang tidak senang kalau dibaik-baikkin sama mereka. Serasa palsu, begitu. Agak munafik.
Apalagi kalau misalnya ada yang begini :

"Eh, tonton ya film ini! Bagus banget, nyesel gak nonton!"

Terus si cowok bilang : "Hm, ane gak suka nonton sih... Tapi asal nt seneng, ane coba tonton deh"

what the fook..

Jadinya ane menilai kebanyakan yang namanya orang kalau sudah naksir orang lain, pasti akan melakukan sesuatu demi kesenangan orang yang bikin dia naksir (aduh, jelek banget sih bahasanya). Sepeti kasus tadi. Maksudnya, aku akan jauuuhhh lebih menghargai kalau dia mau menonton karena dia memang kepingin, Bukan demi kepuasanku. Biasanya kalau sudah begitu ane balas saja : "Gak usah, gak usah nonton juga gak apa-apa,". Begitu saja. Tapi dia akhirnya tetap maksa nonton. dan bodohnya lagi, gak ngerti maksud filmnya. Halah. What a prick.

Yang namanya cowok memang tertarik cuma sama hal-hal bodoh kayak motoGP atau lagu-lagu rock gak jelas. Jarang aku kenal cowok yang bisa diajak bicara soal film, buku, ataupun musik. Mereka bahkan masih tertukar membedakan antara 'minat' dan 'keahlian'. Bukannya sok pintar. Tapi biasanya cowok yang aku ajak bicara orangnya agak-agak dungu sampai-sampai tidak tahu siapa itu John Lennon atau Hunter S. Thompson. Selera orang memang beda. Tapi bosan juga rasanya kalau bicara soal begituan, mereka cuma manggut-manggut sambil "oohh" dan "hmmm", jelas betul bingung mau merespon apa. Mungkin itulah kenapa aku sangat suka pada cowok pintar. Tapi bukan asal pintar. Cowok-cowok di kelasku banyak yang pintar. Tapi, entahlah.. tak ada yang sedikit luwes, berwawasan, ataupun agak berontak sedikit. Semuanya anak baik yang bikin bosan.

Aku ini orangnya memang bodoh, jadi aku lumayan senang kalau bertemu dengan mereka yang lebih pintar. Mereka selalu bikin kagum. Pintarnya bukan sok tahu. Pintarnya itu juga bukannya jenius seperti Einstein atau Bohr, tapi yang tahu apa yang kumaksud dan apa yang sebenarnya terjadi. Bicara apa aku ini. Aku memang agak bodoh soal beginian. Soal menentukan cowok macam apa yang menarik. Saat ini yang menarik buatku yah, cuma cowok yang bisa main gitar sambil mengarang lagu seperti Johnny Cash, James Taylor, hingga Noel Gallagher. Mereka kelihatan luar biasa dan membuatku iri. Iri pada istri-istrinya. Hahaha.

Sudahlah, nanti kalau kulanjutkan malah bikin kau muntah. Aku sendiri agak mual-mual dari pagi.


Have a nice day, kids!

Jumat, 27 Agustus 2010

Crack!

Hari ini seharian aku memang kacau.
Aku bercerita sedikit kepada temanku yang sedang belajar di Perancis. Kebanyakan dia bilang aku sebenarnya normal saja, tak ada yang salah dengan sikap dan keadaan mentalku. Kupikir ada benarnya juga dia, sebab kalau aku sudah gila, aku bahkan pasti sudah lupa caranya menulis blog.
Begitulah, meskipun aku agak merasa kacau, tapi kenyataannya semua baik-baik saja. Tidak ada yang meninggal, orangtuaku masih rukun, imanku masih lumayan, aku sendiri tidak terserang penyakit. Untuk ini aku ingin bersyukur pada Allah SWT. Alhamdulillah.
Tapi tahu tidak, baru semenit yang lalu aku mendapat suatu gagasan. Aku mendengar ada sekitar tiga orang yang tinggal 3 blok dari blok rumahku, mereka terjangkit DBD. Demam Berdarah Dengue. Mereka semua diopname karena itu, akibatnya orang-orang sekitar jadi paranoid dan mereka berencana untuk melakukan fogging (penyemprotan, kawan, kalau kau tidak tahu).
Mendengar itu, justru aku merasa kesal. Kupikir, kenapa tidak biarkan saja nyamuk-nyamuk itu hidup dan menggigitku? Saat ini aku sedang mencari cara bagaimana caranya supaya aku tinggal barang tiga hari diluar rumah ini. Meskipun itu harus rumah sakit. Maksudku mungkin enak juga kalau harus menginap disana sebentar. Kau tahulah kalau seseorang diopname karena sakit, meskipun sekadar tifus, mereka akan diperhatikan, dijenguk dan segala macam. Dan mereka dapat suasana baru, for God's sake! Aku benar-benar lagi kepingin, nih. Bodoh juga sih kedengarannya, tapi aku gak minta penyakit apapun selain itu. Itu kan tidak parah-parah amat. Sedanglah.

Kan? Sudah kubilang aku ini memang sinting. Aku bahkan berpikir kayaknya kalaupun lusa itu kiamat ya silakan. Bagus. Gagasan ini langsung terpikir begitu saja saat semalam ayahku memintaku untuk meraih gelar profesor. Profesor bidang sejarah Islam. Tapi aku kira bukankah itu gelar kehormatan atas kontribusi kita untuk sesuatu? Sedangkan aku benar-benar tidak terpikir untuk berkontribusi untuk itu. Sungguh. Apakah itu masalah. Masalahnya kalau ayahku sudah meminta itu artinya ia ingin aku melaksanakannya. Faktanya, ia tidak pernah meminta. Ia selalu menyuruh.

Dari awal aku memang berniat curhat di blog.

By the way, kids, adikku yang terakhir, si Vira---yang cantik itu---dia ikut perlombaan semacam fashion show tapi dengan busana muslimah. Lumayan juga dia. Dia memang suka bersolek. Tapi bukan bersolek norak. Jelasnya dia itu berlawanan denganku, yang tidak pernah memanjangkan rambut lebih dari leher (kecuali sekali waktu TK). Jadi waktu dia sedang mematut-matut diri di depan kaca sambil menguncir ekor kuda rambutnya, aku berkomentar :

"Terus saja dikuncir, nt bagusan dikuncir daripada digerai,"

Dia agak ge-er juga aku puji, "Masa? Bukannya bagusan digerai??". Dia masih sok ragu dengan pujianku padahal jelas betul dia senang dipuji dengan penampilan barunya.

"Iya bagusan dikuncir.."

"Tapi rambut aku 'kan shaggy, jadi agak berantakan kalo dikuncir...", rambutnya memang rada mencuat kemana-mana sewaktu dikuncir. Tapi aku bilang saja ;

"Nggak, keren kali. Kayak Kenshin Himura,"

Dia keliatan bingung, dia bertanya siapa itu Kenshin? Aku jawab saja; 'pokoknya dia cantik'. Ia setuju dan tampak puas. Lalu melenggang pergi ke masjid dengan kuncirnya itu.

NB : agak ngantuk hari ini, sesorean tadi cuma chat sama temen. Beneran gak berguna hidup ane. Besok ada kejadian apalagi nih selain dapet pulsa 50.000.

Kenshin Himura

Senin, 23 Agustus 2010

Remembering River Phoenix, 40th by Yesterday...

Perhatian sebelum membaca, ane bukan penggemar River Phoenix yang fanatik. Ane penggemar film, dan ane menyukai anak ini lebih dari sekadar aktor yang sangat baik. Kau bisa bilang cewek-cewek penggila Justin Bieber itu penggemar fanatik, tapi itu tidak berlaku di kasusku. Terima kasih banyak.


River Jude Phoenix atau lebih dikenal dengan River Phoenix. Seorang aktor Hollywood yang sangat terkenal di era akhir dekade 80'an. Seorang aktivis lingkungan yang banyak berkomitmen untuk melindungi satwa liar dan perusakan hutan, seorang vegetarian pecinta damai, dan seorang kakak tertua dari 5 bersaudara keluarga Phoenix. Ia lahir di tanggal yang sama dengan hari kemarin, 23 Agustus 1970 (tahun ketika Beatles, band kesukaannya, bubar). Meninggal 31 Oktober 1993, ambruk di depan klub malam ternama di Hollywood karena overdosis narkoba.

You have no idea who was this man.

Ketika seseorang berpikir dengan sedih John Lennon ditembak mati, ketika Michael Jackson wafat karena overdosis obat, ketika Mahatma Gandhi tertembak ditengah kerumunan pengikutnya, ketika John F. Kennedy tewas ditembak... (entah kenapa penyebab yang kusebutkan karena tertembak semua), kita berpikir alangkah sayangnya. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang berpengaruh dibidang masing-masing.. Tapi perbedaannya adalah.. mereka meninggal bukan diusia muda.

River Phoenix meninggal diusia 23 tahun. Meninggalkan kenangan mendalam yang menyakitkan bagi orang-orang terdekatnya. Media mengumumkan cara kematiannya yang kontradiktif dengan imejnya selama ini yang bersih besar-besaran. Teman-teman dan keluarganya, yang lebih mengenalnya, memilih untuk tutup mulut tentang apa yang sebenarnya terjadi dan mengenangnya dengan cara yang luar biasa baik. Begitu pula aku. Tapi bahkan semua itu belum cukup untuk menyingkap gerhana gelap kematiannya yang menutupi cara hidupnya, sifat baiknya, ideologi, dan kepercayaannya tentang perdamaian.

Selagi kau berpikir, mungkin aku terdengar sok tahu tentang River Phoenix, aku sudah menonton hampir semua filmnya, dimana aktingnya luar biasa bagus (dia mendapat nominasi Oscar ketika usia 17 tahun dari film Running On Empty), membaca artikel baik dari fan sitenya di internet maupun sekadar essay yang dikarang jurnalis dari Guardian, TIME, Spin, Elle, Mademoiselle, Sky, dan lain-lain, menonton beberapa video tribut dan lagu ciptaan beberapa musisi khusus tentang River Phoenix, dan lain-lain. That was quite enjoyment but yes, that's sad. It always does. 

Ia adalah orang yang menarik. Sepanjang pengetahuanku, berdasarkan apa yang kusimpulkan dari film dokumenter, buku, lagu ciptaannya, dan esai yang ia tulis sendiri di majalah remaja. River Phoenix bukan orang sekadar numpang lewat di Hollywood. Banyak orang berkata ia memiliki bakat hebat seperti James Dean, si aktor The Young and The Restless yang melegenda itu. Sampai sekarang sering bakatnya disandingkan dengan kualitas akting Leonardo DiCaprio, Johnny Depp (aku kurang setuju, Depp adalah karakter yang berbeda), Brad Pitt, dan Christian Bale. Ia memang berada di daftar aktor-aktor kelas A. Aku yakin seandainya ia masih hidup, mungkin ia sudah mengantongi piala Oscar dua atau tiga. Kau boleh membenarkan ucapanku tadi dengan menonton filmnya seperti Stand By Me, My Own Private Idaho, atau film seperti Dogfight dan Running On Empty.

Ia memiliki segalanya, ketampanan yang mampu membuat siapapun terkesan, tak hanya sekadar ketampanan, tapi juga karisma. Mirip seperti karisma Leonardo DiCaprio namun lebih santai dan pemalu. Kaya, terkenal, berbakat, dan dicintai keluarga. Kau tidak punya gagasan mengapa hidupnya berakhir demikian tragis. Sebuah ironi yang menambah daftar panjang kematian tragis orang-orang terkenal. Ingat Kurt Cobain?

Tapi ia lebih dari sekadar boneka pajangan produk Hollywood. Ia adalah seorang pria muda dengan impian dan ideologi. Ia percaya bahwa salah satu cara menggapai perdamaian dunia adalah dengan tidak membunuh makhluk hidup, meski untuk makan. Itulah mengapa ia memilih untuk jadi vegetarian, meskipun terpengaruh oleh cara keluarganya. Ia bahkan memanfaatkan bakat musikalnya untuk mengadakan konser amal untuk organisasi pelindung hewan seperti PETA, Greenpeace, dan lain-lain. Membeli 300 ekar tanah di Venezuela hanya untuk melindunginya agar tidak ditebang. Ia berbuat tanpa lelah, tidak hanya berideologi.
Hal yang jarang apalagi untuk ukuran selebriti Hollywood.

Dengan segudang misi dan pencapaian, dunia terbuka lebar untuknya. Namun ternyata itu semua tak mampu menyelamatkannya dari kehidupan gelap di klub-klub malam. Sesuatu dalam dirinya, bentuk dari frustasi mendalam dengan tekanan hidup, mendorongnya masuk kedalam jurang narkotika dan alkohol. Sesuatu yang sepertinya berat dihadapi orang perasa sepertinya. Ya, River Phoenix adalah orang yang sangat perasa.

Jika kau perhatikan setiap foto dirinya, tak akan kau temukan semacam kebanggaan dan kebahagiaan. Ia selalu tampak murung. Ini terkadang membuatku berpikir; apa yang mengganggu pikirannya. Semua orang tahu ia adalah orang yang bersemangat, passionate, dan pekerja keras. Tapi mereka juga tahu, pada tahun-tahun terakhir hidupnya, ia tidak pernah bahagia. Apakah ia menyesal? Apa yang dia sesalkan?

River, sungai. Phoenix, burung lambang keabadian. Nama tengahnya, Jude, diambil dari lagu Beatles yang terkenal; "Hey, Jude". Beberapa orang berkomentar mengenai namanya yang tidak biasa: nama yang sangat hippie. Keluarganya memang mantan hippie Amerika tahun 60'an. Lahir dilingkungan seperti itu, hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dengan trailernya, sebagaimana umumnya keluarga hippie waktu itu, lalu tidak memakan daging, dan bermain musik menyuarakan perdamaian dunia demi mendapat uang untuk makan. Kira-kira demikianlah gambaran sekilas tentang masa kecilnya yang tak biasa. Semuanya berpengaruh membentuk kepribadiannya yang halus dan walaupun tidak mengecap pendidikan formal, tetap membuatnya berwatak santun dan terhormat. Itulah River Phoenix yang dikenal sebagian sedikit orang.
Untuk melihat foto-fotonya kau bisa lihat disini : http://ellensplayground.com/myriverphoenixcollection/gallery.html

Berpose dengan anjing di iklan kampanye perlindungan satwa

River Phoenix adalah seseorang dengan karakter yang membuatku senang mempelajari sesuatu darinya. Ia bukan sekadar 'seseorang' dari industri hiburan. Bahkan ia mampu mempengaruhi banyak fansnya dengan positif. Justru mereka bercerita banyak, bahwa mereka terpengaruh gagasan penyayang hewan dan pecinta lingkungan seperti River. Bukannya justru menjadi junkie. Itulah anehnya, bagaimana, meskipun kita tahu 23 tahun adalah usia yang kelewat muda, dan kematiannya begitu ceroboh, ia tetap dikenang dengan sangat baik oleh orang-orang yang memberanikan diri mengenalnya. Ia ramah, baik, dan berbakat. Apalagi yang bisa kujelaskan? Kalian bisa simpulkan orang macam apa dia di website khusus http://www.river-phoenix.org/.
Tapi aku tidak bisa cerita banyak, maybe i'm too sad and lazy to write, frankly.
Berikut ini kutampilkan kutipan kata-kata dari berbagai sumber tentang dia :

"One thing I would like to do when I have the money is buy thousands of acres in the Brazilian rain forest and make a national park, so no one can bulldoze it to put a MacDonald's there."---River Phoenix.

"There's the optimistic side of me, too, which believes that we live in an incredible time and that if we all came together on the important issues and stand up for our rights, as Bob Marley said, we could really accomplish a lot. In my mind, I have all these utopias and fantasies, but I believe they can work, I really do."---River Phoenix.

As I watched River do his work, I was impressed by his generosity with the other actors. He was never competitive. In dailies, I would often notice that Jadrian Steele, the actor who played River's younger brother, would try to place himself in a prominent position on-screen. River always seemed to hang back to the furthest recesses. But the more he stepped out of frame, the more your eyes were drawn to him.---Raid Rosefelt, wartawan majalah Elle.

He wanted to be a rock musician like Sting. He was talking about changing his name to Rio, a single name, like Sting; he didn't think River Phoenix was an interesting name. I reminded him he could also be like Charo! He responded immediately to the implications.---Nancy Ellison
We went to Tokyo for the premiere of Stand By Me. . . . He would go to the park outside the Imperial Hotel--guys and girls were playing guitars there--and he'd tell them, "Come up, come up to the room." And that room was filled with kids from the park; he would play guitar for them and give them fruit and juice.---Iris Burton, manajer.

My ex-wife and I started to break up, and she had a little six-year-old. River gave him his first bicycle for Christmas, because he thought he needed a little consolation. While the two of us were figuring out what to do with our lives, this 22-year-old, or however old, was thinking about stuff like that--- William Richert, aktor.
He was always giving me advice about every aspect of my life--about girlfriends before I was married and then my marriage. He would take a fatherly attitude toward me. I think he did that with a lot of people---William Richer.
He was a strict vegetarian, a vegan--but it wasn't about health, it was about not killing. . . . That's a real important point. He wanted to be free; he didn't want to be chained to anything. He wasn't scared of anything. He had no fear---Sky Swoski, rekan.

He looked upon me as a kind of father figure. He'd knock at my door and ask if he could come in and sleep. . . . He'd sleep on the couch. I could hear him rehearsing his lines--at 4 in the morning. I said, "Fuckin' go to sleep." He'd be in the bathroom, taking a crap, doing his lines---Richard Harris, aktor.

The last time I heard from him, on the answering machine, he said, "I'm out here in Utah and I'm having kind of a hard time keeping my head above water in this crazy business." . So when he came back to L.A. he was on R and R. And a very pure person got into a situation that was bigger than him---William Richert.

It's just the expectation that you were going to work with him again. I recently thought of an upcoming project: Oh, there's . . . No, there isn't River. It's his uniqueness that is gone. I think it was Billy Wilder who said when Ernst Lubitsch died, "Ach, no more Ernst Lubitsch films." They were just his films. Now it's no more River Phoenix characters---Peter Weir, sutradara.

River never knew when he was going to fall asleep, because he always tried to extend the day much further than a day should be extended. He always felt that he had to fit a lot into the day. At the time when people normally like to sleep, River would like to get up and say, "Here are 25 songs that I wrote since the last time I saw you." He would be playing them and he would kind of fall asleep, and the next morning he would wake up in his clothes, his guitar just out of hand's reach.---Bobby Bukowski.

Jumat, 20 Agustus 2010

Oasis : Sad Song

Kadang-kadang saking sayangnya kita pada seseorang, yang mungkin lebih sering meyakiti hati kita, yang bisa kita lakukan hanyalah meyakinkan bahwa kita akan selalu berada dipihaknya, entah dia sedang hancur atau berada di puncak. Yang bisa kita tawarkan padanya adalah waktu dan segenap perhatian kita padanya, meyakinkan padanya bahwa semua baik-baik saja dan hal-hal buruk pasti akan lewat. Menurut ane itulah yang ingin disampaikan lewat lagu Oasis "Sad Song" yang ditulis oleh Noel Gallagher dan dinyanyikan oleh Liam Gallagher.
  ............Ladies and gentlemen, it's a Sad Song by Oasis!



Lirik :

Sing a sad song
In a lonely place
Try to put a word in for me
It’s been so long
Since I found this place
You better put in two or three
We as people, are just walking ’round
Our heads are firmly fixed in the ground
What we don’t see
Well it can’t be real
What we don’t touch we cannot feel


Where we’re living in this town

The sun is coming up and it’s going down
But it’s all just the same at the end of the day

And we cheat and we lie
Nobody says it’s wrong
So we don’t ask why
Cause it’s all just the same at the end of the day
We’re throwing it all away
We’re throwing it all away
We’re throwing it all away at the end of the day

If you need it

Something I can give
I know I’d help you if I can
If your honest and you say that you did
You know that I would give you my hand
Or a sad song
In a lonely place
I’ll try to put a word in for you
Need a shoulder? well if that’s the case
You know there’s nothing I wouldn’t do


Where we’re living in this town

The sun is coming up and it’s going down
But it’s all just the same at the end of the day
When we cheat and we lie
Nobody says it’s wrong
So we don’t ask why
Cause it’s all just the same at the end of the day

Don’t throw it all away

Don’t throw it all away
Don’t throw it all away
Don’t throw it all away
Throwing it all away
Throwing it all away
Throwing it all away

Throwing it all away

Throwing it all away
You’re throwing it all away at the end of the day...



 PS : i'm a little bit crack today.

I Want to Be A New Yorker

Mau cerita nih, hehe. Ternyata makin asik aja ya rasanya punya blog. Bisa markir sedikit di blog sederhana yang penuh tulisan ane doank emang kerasa kayak kumpul-kumpul keluarga, meskipun keluarga gw gak pernah kumpul-kumpul. Buat yang belum punya blog, well.. it's your loss, man!

Bulan Ramadhan kali ini ada kejadian yang menguji iman. Tepatnya, menguji kesabaran. Tapi ane malas cerita ke siapa-siapa, jadi ane putuskan buat let the steam out here. Feel free to comment, kids.

Malam yang panas dengan hati yang panas, ane menyimpulkan bahwa ane memang gak cocok hidup bermasyarakat. Bukannya masyarakat kota, tapi masyarakat kampung. Ane bilang 'kampung' karena ane memang tinggal dikampung. Watak warganya, kebiasaannya, sistem masyarakatnya bener2 jauh dari kesan perkotaan. Pokoknya satu tempat yang gak bisa dibandingkan dengan daerah seperti Pondok Indah atau Bintaro. Kira-kira seperi itu.

Nah, ane harus mengaku sedikit disini. Selain nyambi kuliah, ane juga menyempatkan diri mengajar di TPA masjid dekat rumah. Harus dikatakan juga itu bukan kemauan ane pada awalnya. Orang-orang masjid sendiri yang menawarkan, dan ane setuju saja. Hitung-hitung pengalaman mengajar. Ternyata memang lebih dari sekadar pengalaman mengajar. Benar-benar lebih dari itu.

Ane mengajar di kelas anak-anak yang rata-rata sudah mampu membaca Al-Qur'an dan usia mereka kira-kira antara 6-10 tahun. Kami sekelas ini lumayan kompak. Tiap minggu anak-anak mengumpulkan uang mereka (Rp. 1000) untuk ditabung menjadi uang kas kelas. Lama-kelamaan uang kas kami semakin banyak. Anak murid ane yang menjabat sebagai bendahara kelas, dia membujuk ane untuk 'melakukan sesuatu' dengan uang yang sudah terkumpul lumayan banyak itu. Kami memutuskan untuk mengadakan buka puasa bareng buat anak kelas yang sudah rajin-rajin bayar uang kas itu.

Kebetulan anak-anak kecil yang ngaji dengan ane di masjid---mereka bukan anak TPA, jadi mereka bukan anak kelas ane---juga ingin ikut acara buka puasa bareng. Mereka ane suruh untuk membayar uang 10.000 per-orang, jadi semua orang merasa adil, masa yang ndak bayar uang kas numpang makan gratis? Anak kelas ane bisa ngambek nanti. Jadi ane bilang : "Nt boleh dateng, dateng aja jam 5, tapi minta mamanya uang sepuluh ribu, yaa... kita mau buka pakai Hoka-Hoka Bento..". Begitulah.

Mereka benar-benar datang. Singkatnya acaranya lancar. Meski ada insiden, kotak bentonya kurang satu, coba! Soalnya tamu undangan ternyata diluar perkiraan, yang bukan anak kelas nambah banyak. Ortu juga ngundang anak yatim, dan kotak bentonya memang dilebihin dikit. Syukur alhamdulillah semua kebagian.. 

Tapi ada masalah lain. Malam harinya ane didatangi kepala sekolah, sebutlah bu Lely. Bu Lely mengeluh karena ane dianggap mengadakan acara sendiri tanpa mengundang guru-guru TPA lain dan anak-anak lain. Ane benar-benar merasa kacau. Ane benar gak tahu seerat itu 'ikatan kekeluargaan' di TPA masjid, sehingga satu acara harus semua orang merayakan. Ane benar-benar dibuat mingkem dan salah tingkah didepan Bu Lely itu. Dia kelihatannya sangat kecewa, dan mungkin sudah mengeluh ke semua guru TPA. Cara biacaranya sangat membuatku tersudut. Dia berceramah soal tradisi TPA masjid sini, soal kebersamaan, soal kekeluargaan, hal-hal yang ane gak mengerti itu. Sekarang mereka pasti menganggap ane terlalu eksekutif atau bodoh atau segala macam. Sungguh sulit.

Yang bisa ane katakan, baiklah.. ane salah. Ane meminta maaf berkali-kali pada Bu Lely. Ane bilang bahwa ane gak tahu menahu kalau satu acara, yang biaya penyelenggaraannya saja dengan uang kas anak-anak, harus melibatkan semua pihak. Ini benar-benar bikin bingung dan ane agak gelisah juga kalau ternyata masalah ini lebih besar dari kelihatannya di mata guru-guru lain. Bu Lely itu cara bicaranya benar-benar mencerminkan perasaan kecewa, dan sepertinya kesal juga. Well, i'm afraid i can do nothing bout it.

Tapi semuanya sudah terlanjur dan lagipula akan ada acara buka puasa bersama seluruh anak-anak, remaja, dan guru-guru TPA hari Minggu nanti (jujur ane jadi males dateng). Begitulah, bisa jadi ane dicap segala macam oleh mereka. Karakter masyarakat sini, berdasarkan kesimpulan ane setelah mendengar cerita-cerita dari ibu ane, adalah bahwa mereka senang bicara di belakang. What a bunch of phonies! Tapi ane tetap saja gak bisa melakukan apa-apa. Toh walaupun ane ngerasa salah, kalau dipikir-pikir, bukannya apa, ane gak sepenuhnya salah. Uang kas itu milik anak-anak dan bahkan ane gak ikut makan Hoka-Hoka Bentonya. Ane cuma menganggap ini adalah acara anak kelas ane dan rencananya memang mau kecil-kecilan saja, sebab apa jadinya tadi kalau mengundang semua orang? Gak mungkin ane nalangin makanan buat guru-guru lain, dengan uang ibu ane! No way. Kalau sudah begitu mau dijamu pakai apa mereka? Ane sebenarnya gak keberatan mengundang mereka, tapi yah.. ane kira kalau yang namanya uang kas yah harus dihabiskan mereka yang membayar saja. Memang gak ada salahnya mengundang. Nah ini salahnya ane juga. Ane gak mengundang mereka. Tapi ane gak mengira akan sebesar ini akibatnya. Ane gak menyangka akan sekecewa itu reaksi guru-guru lain! Whoa, it killed me. I mean, waktu ane di sekolah lama dulu, begitulah tradisi anak-anak. Masing-masing punya urusan. Kalau kelasnya mau buka puasa sendiri ya, silakan.... Tapi kalau mau buka puasa seangkatan, ya berarti semua diundang. Karena kan judulnya BUKA PUASA KELAS dan BUKA PUASA ANGKATAN.. beda tho'?? 

Ternyata disini gak berlaku begitu. Di masjid dekat rumah itu, acara atau kejadian sekecil apapun harus di-share bersama. Kedengarannya bagus ya? Well, ane tetap saja gak terbiasa begitu. Pertama, karena ane guru baru. Ane baru ngajar sebentar. Ane masih harus tahu lebih banyak tradisi2 disana. Kedua, ane juga gak suka keribetan dan keributan. See what i mean?

Maksud ane kayak gini : kesimpulannya adalah ane makin gak betah tinggal di daerah sini dan ane pikir ane sangat cocok untuk tinggal di kota macam New York atau London aja. Mereka itu hidupnya masing-masing,  individualis, tapi gak ada kejadian rumit yang bikin ane salah tingkah disini. Gosh, benci rasanya kalau tiap gerak-gerik ane diawasi mata-mata masyarakat keparat yang gak ada kerjaan ini. Sampai acara buka puasa kelas aja dibikin ribet. 

Have a nice day, kids..

PS : ane gak peduli orang mau ngecap ane apa, ane cuma makin ngerasa gak betah aja jadinya.

going to place where nobody knows if it's light or day..



Kamis, 19 Agustus 2010

Yang Disebut Dengan Kesombongan

Kita semua setuju kalau sombong adalah penyakit hati, kan? Bagus sekali. Nah, ane disini gak brniat menceramahi siapapun. Tapi seandainya, kids, kalian mau memberi sanggahan atau masukan yang bagus, feel free for it. Ane disini sekadar mau berbagi pemikiran saja, sebab ane pikir kalau banyak pemikiran kita tidak tersalurkan dengan baik, maka otak bisa mandek dan kehabisan kreativitasnya.

Allah SWT (i'm a muslim anyway, just for you to know), dalam kepercayaan saya pernah berfirman bahwa orang yang sombong alias angkuh tidak punya tempat di surga nanti. Dalam Islam, orang yang sombong berarti mereka yang merasa dirinya superior DAN merendahkan orang lain. Jangankan orang lain, bahkan kadang sang Pencipta juga dia rendahkan. Inilah yang bisa ane sebut sebagai penyakit sombong tingkat akut. Ia merasa sah-sah saja merasa begitu dan merendahkan yang lain. Ia merasa puas diri, dan tidak mau belajar.

Ane rasa kita semua haruslah bisa membedakan antara apa yang disebut dengan kesombongan dan kepercayaan diri. Meskipun ada lagi jenis lain, alias narsis. Narsistik artinya sifat seseorang yang mencintai diri sendiri secara berlebihan. Tapi itu kita bahas nanti saja. Yang pasti, ane menganggap narsistik adalah sifat negatif dan sangat dekat dengan kesombongan. Dan itu semua dekat dengan ego. Egois jelas-jelas adalah sifat jelek yang justru merendahkan orang itu sendiri. That's what i think.

Ane yakin semua dari kita pernah merasa superior dari orang lain, entah itu cuma sesaat atau sebesar apa tingkat kesombongan itu, tergantung dari karakter kita masing-masing. Sombong yang membuat seseorang malas belajar, menganggap orang lain tidak sama nilainya, dan yang--tentu saja--membuat iblis tidak ingin bersujud pada Adam 'alaihissalam sehingga ia dideportasi dari surga. Segitu parahnya akibat dari sifat sombong. 
Lalu bagaimana dengan sifat percaya diri?
Perbedaan mendasar antara keduanya jelas, yaitu : Jika sombong merasa ia paling hebat dalam bidang tertentu, tidak mau belajar, dan cenderung menyakiti perasaan orang lain dimana tak ada seorang pun yang berhak dicaci maki (kecuali orang-orang di faithfreedom, ane bercanda tapi agak serius). Sementara percaya diri adalah kebalikan dari itu semua. Percaya diri berarti meyakini potensi diri sendiri dan merasa bahwa dirinya pantas dan memiliki nilai, tapi TIDAK dengan merendahkan siapapun dari pihak manapun. Itulah.

Tapi satu hal yang ane yakini, tidak ada seorangpun yang pantas kita rendahkan, untuk alasan apapun. Termasuk diri kita sendiri. Jika kita menghormati diri sendiri, merasa bahwa kita ini pantas mendapat kebaikan, hal-hal baik itu pasti beneran terjadi pada kita. Ambil contoh, seseorang yang memberikan pidato dengan keyakinan, para audiens otomatis akan ikut meyakini apa yang dia ucapkan. Bagaimana dengan orang yang ragu? Audiens jelas akan merasa bosan dan menganggap perkataannya adalah omong kosong. Haha, ini berdasarkan pengalaman pribadi sebenarnya.. 
Ane pernah menyimak interview dengan salah satu seleb yang terkenal dengan kearoganan dirinya dan bandnya. Ia cukup terkenal, dan walaupun banyak yang mengejek kearoganannya, dia menampilkan sifat acuh tak acuh. Meskipun orang ini juga memiliki sejumlah penggemar fanatik dan mengamini semua opini pribadinya. Ketika ia ditanya oleh wartawan; "Mengapa kok anda yakin sekali musik anda yang terbaik didunia, lalu anda berkoar-koar soal itu?"
Well, dia menjawab :
"Sebenarnya itu semua terserah orang bagaimana menyikapi sikap saya. Saya yakin dengan yang saya ucapkan. Kau tahu kalau kau berkata dengan yakin : sayalah yang terbaik, lalu kau memberikan aksi nyata untuk mewujudkan kata-kata itu, yah... 50% orang akan percaya,"

I love this man.

Mungkin kita sering tercampur batas antara arogansi dengan kepercayaan diri. Tapi yakinlah, kita semua berhak mendapatkan yang terbaik. Tak ada dari kita yang cacat atau kurang, karena Yang Maha Sempurna sudah menciptakan kita dengan segala potensi yang kita punya. Yang perlu kita tambahkan ya, tentu saja, seperti yang seleb tadi katakan : yakinlah, maka orang-orang akan meyakinimu juga. Hampir tak ada yang tak mungkin untuk diwujudkan. Hanya... ingat, hanya Allah SWT yang tidak bisa kita lampaui. Benar-benar tidak boleh. Aku pernah dengar hadits yang mengatakan orang yang sombong tak akan mampu mencium bau surga.

Jadi lampaui semua batas diri yang kau ciptakan itu. Jangan buat mitos bahwa tak ada orang yang lebih cerdas daripada Albert Einstein, tak ada yang lebih berbakat dari Da Vinci, tak ada band yang lebih legendaris daripada Beatles, tak ada tim bola yang lebih hebat dari tim Jerman, blah blah... Lampaui semua itu dan teruslah belajar. Tapi jangan rendahkan siapapun. Siapa tahu kita tidak lebih baik daripada yang kita rendahkan, betul?


So we see the differences here, right? Give me your opinion.


ada kucing numpang mejeng, have a nice day kids!