Perhatian sebelum membaca, ane bukan penggemar River Phoenix yang fanatik. Ane penggemar film, dan ane menyukai anak ini lebih dari sekadar aktor yang sangat baik. Kau bisa bilang cewek-cewek penggila Justin Bieber itu penggemar fanatik, tapi itu tidak berlaku di kasusku. Terima kasih banyak.
River Jude Phoenix atau lebih dikenal dengan River Phoenix. Seorang aktor Hollywood yang sangat terkenal di era akhir dekade 80'an. Seorang aktivis lingkungan yang banyak berkomitmen untuk melindungi satwa liar dan perusakan hutan, seorang vegetarian pecinta damai, dan seorang kakak tertua dari 5 bersaudara keluarga Phoenix. Ia lahir di tanggal yang sama dengan hari kemarin, 23 Agustus 1970 (tahun ketika Beatles, band kesukaannya, bubar). Meninggal 31 Oktober 1993, ambruk di depan klub malam ternama di Hollywood karena overdosis narkoba.
You have no idea who was this man.
Ketika seseorang berpikir dengan sedih John Lennon ditembak mati, ketika Michael Jackson wafat karena overdosis obat, ketika Mahatma Gandhi tertembak ditengah kerumunan pengikutnya, ketika John F. Kennedy tewas ditembak... (entah kenapa penyebab yang kusebutkan karena tertembak semua), kita berpikir alangkah sayangnya. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang berpengaruh dibidang masing-masing.. Tapi perbedaannya adalah.. mereka meninggal bukan diusia muda.
River Phoenix meninggal diusia 23 tahun. Meninggalkan kenangan mendalam yang menyakitkan bagi orang-orang terdekatnya. Media mengumumkan cara kematiannya yang kontradiktif dengan imejnya selama ini yang bersih besar-besaran. Teman-teman dan keluarganya, yang lebih mengenalnya, memilih untuk tutup mulut tentang apa yang sebenarnya terjadi dan mengenangnya dengan cara yang luar biasa baik. Begitu pula aku. Tapi bahkan semua itu belum cukup untuk menyingkap gerhana gelap kematiannya yang menutupi cara hidupnya, sifat baiknya, ideologi, dan kepercayaannya tentang perdamaian.
Selagi kau berpikir, mungkin aku terdengar sok tahu tentang River Phoenix, aku sudah menonton hampir semua filmnya, dimana aktingnya luar biasa bagus (dia mendapat nominasi Oscar ketika usia 17 tahun dari film Running On Empty), membaca artikel baik dari fan sitenya di internet maupun sekadar essay yang dikarang jurnalis dari Guardian, TIME, Spin, Elle, Mademoiselle, Sky, dan lain-lain, menonton beberapa video tribut dan lagu ciptaan beberapa musisi khusus tentang River Phoenix, dan lain-lain. That was quite enjoyment but yes, that's sad. It always does.
Ia adalah orang yang menarik. Sepanjang pengetahuanku, berdasarkan apa yang kusimpulkan dari film dokumenter, buku, lagu ciptaannya, dan esai yang ia tulis sendiri di majalah remaja. River Phoenix bukan orang sekadar numpang lewat di Hollywood. Banyak orang berkata ia memiliki bakat hebat seperti James Dean, si aktor The Young and The Restless yang melegenda itu. Sampai sekarang sering bakatnya disandingkan dengan kualitas akting Leonardo DiCaprio, Johnny Depp (aku kurang setuju, Depp adalah karakter yang berbeda), Brad Pitt, dan Christian Bale. Ia memang berada di daftar aktor-aktor kelas A. Aku yakin seandainya ia masih hidup, mungkin ia sudah mengantongi piala Oscar dua atau tiga. Kau boleh membenarkan ucapanku tadi dengan menonton filmnya seperti Stand By Me, My Own Private Idaho, atau film seperti Dogfight dan Running On Empty.
Ia memiliki segalanya, ketampanan yang mampu membuat siapapun terkesan, tak hanya sekadar ketampanan, tapi juga karisma. Mirip seperti karisma Leonardo DiCaprio namun lebih santai dan pemalu. Kaya, terkenal, berbakat, dan dicintai keluarga. Kau tidak punya gagasan mengapa hidupnya berakhir demikian tragis. Sebuah ironi yang menambah daftar panjang kematian tragis orang-orang terkenal. Ingat Kurt Cobain?
Tapi ia lebih dari sekadar boneka pajangan produk Hollywood. Ia adalah seorang pria muda dengan impian dan ideologi. Ia percaya bahwa salah satu cara menggapai perdamaian dunia adalah dengan tidak membunuh makhluk hidup, meski untuk makan. Itulah mengapa ia memilih untuk jadi vegetarian, meskipun terpengaruh oleh cara keluarganya. Ia bahkan memanfaatkan bakat musikalnya untuk mengadakan konser amal untuk organisasi pelindung hewan seperti PETA, Greenpeace, dan lain-lain. Membeli 300 ekar tanah di Venezuela hanya untuk melindunginya agar tidak ditebang. Ia berbuat tanpa lelah, tidak hanya berideologi.
Hal yang jarang apalagi untuk ukuran selebriti Hollywood.
Dengan segudang misi dan pencapaian, dunia terbuka lebar untuknya. Namun ternyata itu semua tak mampu menyelamatkannya dari kehidupan gelap di klub-klub malam. Sesuatu dalam dirinya, bentuk dari frustasi mendalam dengan tekanan hidup, mendorongnya masuk kedalam jurang narkotika dan alkohol. Sesuatu yang sepertinya berat dihadapi orang perasa sepertinya. Ya, River Phoenix adalah orang yang sangat perasa.
Jika kau perhatikan setiap foto dirinya, tak akan kau temukan semacam kebanggaan dan kebahagiaan. Ia selalu tampak murung. Ini terkadang membuatku berpikir; apa yang mengganggu pikirannya. Semua orang tahu ia adalah orang yang bersemangat, passionate, dan pekerja keras. Tapi mereka juga tahu, pada tahun-tahun terakhir hidupnya, ia tidak pernah bahagia. Apakah ia menyesal? Apa yang dia sesalkan?
River, sungai. Phoenix, burung lambang keabadian. Nama tengahnya, Jude, diambil dari lagu Beatles yang terkenal; "Hey, Jude". Beberapa orang berkomentar mengenai namanya yang tidak biasa: nama yang sangat hippie. Keluarganya memang mantan hippie Amerika tahun 60'an. Lahir dilingkungan seperti itu, hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dengan trailernya, sebagaimana umumnya keluarga hippie waktu itu, lalu tidak memakan daging, dan bermain musik menyuarakan perdamaian dunia demi mendapat uang untuk makan. Kira-kira demikianlah gambaran sekilas tentang masa kecilnya yang tak biasa. Semuanya berpengaruh membentuk kepribadiannya yang halus dan walaupun tidak mengecap pendidikan formal, tetap membuatnya berwatak santun dan terhormat. Itulah River Phoenix yang dikenal sebagian sedikit orang.
 |
Berpose dengan anjing di iklan kampanye perlindungan satwa |
River Phoenix adalah seseorang dengan karakter yang membuatku senang mempelajari sesuatu darinya. Ia bukan sekadar 'seseorang' dari industri hiburan. Bahkan ia mampu mempengaruhi banyak fansnya dengan positif. Justru mereka bercerita banyak, bahwa mereka terpengaruh gagasan penyayang hewan dan pecinta lingkungan seperti River. Bukannya justru menjadi junkie. Itulah anehnya, bagaimana, meskipun kita tahu 23 tahun adalah usia yang kelewat muda, dan kematiannya begitu ceroboh, ia tetap dikenang dengan sangat baik oleh orang-orang yang memberanikan diri mengenalnya. Ia ramah, baik, dan berbakat. Apalagi yang bisa kujelaskan? Kalian bisa simpulkan orang macam apa dia di website khusus
http://www.river-phoenix.org/.
Tapi aku tidak bisa cerita banyak, maybe i'm too sad and lazy to write, frankly.
Berikut ini kutampilkan kutipan kata-kata dari berbagai sumber tentang dia :
"One thing I would like to do when I have the money is buy thousands of acres in the Brazilian rain forest and make a national park, so no one can bulldoze it to put a MacDonald's there."---River Phoenix.
"There's the optimistic side of me, too, which believes that we live in an incredible time and that if we all came together on the important issues and stand up for our rights, as Bob Marley said, we could really accomplish a lot. In my mind, I have all these utopias and fantasies, but I believe they can work, I really do."---River Phoenix.
As I watched River do his work, I was impressed by his generosity with the other actors. He was never competitive. In dailies, I would often notice that Jadrian Steele, the actor who played River's younger brother, would try to place himself in a prominent position on-screen. River always seemed to hang back to the furthest recesses. But the more he stepped out of frame, the more your eyes were drawn to him.---Raid Rosefelt, wartawan majalah Elle.
He wanted to be a rock musician like Sting. He was talking about changing his name to Rio, a single name, like Sting; he didn't think River Phoenix was an interesting name. I reminded him he could also be like Charo! He responded immediately to the implications.---Nancy Ellison
We went to Tokyo for the premiere of Stand By Me. . . . He would go to the park outside the Imperial Hotel--guys and girls were playing guitars there--and he'd tell them, "Come up, come up to the room." And that room was filled with kids from the park; he would play guitar for them and give them fruit and juice.---Iris Burton, manajer.
My ex-wife and I started to break up, and she had a little six-year-old. River gave him his first bicycle for Christmas, because he thought he needed a little consolation. While the two of us were figuring out what to do with our lives, this 22-year-old, or however old, was thinking about stuff like that--- William Richert, aktor.
He was always giving me advice about every aspect of my life--about girlfriends before I was married and then my marriage. He would take a fatherly attitude toward me. I think he did that with a lot of people---William Richer.
He was a strict vegetarian, a vegan--but it wasn't about health, it was about not killing. . . . That's a real important point. He wanted to be free; he didn't want to be chained to anything. He wasn't scared of anything. He had no fear---Sky Swoski, rekan.
He looked upon me as a kind of father figure. He'd knock at my door and ask if he could come in and sleep. . . . He'd sleep on the couch. I could hear him rehearsing his lines--at 4 in the morning. I said, "Fuckin' go to sleep." He'd be in the bathroom, taking a crap, doing his lines---Richard Harris, aktor.
The last time I heard from him, on the answering machine, he said, "I'm out here in Utah and I'm having kind of a hard time keeping my head above water in this crazy business." . So when he came back to L.A. he was on R and R. And a very pure person got into a situation that was bigger than him---William Richert.
It's just the expectation that you were going to work with him again. I recently thought of an upcoming project: Oh, there's . . . No, there isn't River. It's his uniqueness that is gone. I think it was Billy Wilder who said when Ernst Lubitsch died, "Ach, no more Ernst Lubitsch films." They were just his films. Now it's no more River Phoenix characters---Peter Weir, sutradara.
River never knew when he was going to fall asleep, because he always tried to extend the day much further than a day should be extended. He always felt that he had to fit a lot into the day. At the time when people normally like to sleep, River would like to get up and say, "Here are 25 songs that I wrote since the last time I saw you." He would be playing them and he would kind of fall asleep, and the next morning he would wake up in his clothes, his guitar just out of hand's reach.---Bobby Bukowski.