Mau cerita nih, hehe. Ternyata makin asik aja ya rasanya punya blog. Bisa markir sedikit di blog sederhana yang penuh tulisan ane doank emang kerasa kayak kumpul-kumpul keluarga, meskipun keluarga gw gak pernah kumpul-kumpul. Buat yang belum punya blog, well.. it's your loss, man!
Bulan Ramadhan kali ini ada kejadian yang menguji iman. Tepatnya, menguji kesabaran. Tapi ane malas cerita ke siapa-siapa, jadi ane putuskan buat let the steam out here. Feel free to comment, kids.
Malam yang panas dengan hati yang panas, ane menyimpulkan bahwa ane memang gak cocok hidup bermasyarakat. Bukannya masyarakat kota, tapi masyarakat kampung. Ane bilang 'kampung' karena ane memang tinggal dikampung. Watak warganya, kebiasaannya, sistem masyarakatnya bener2 jauh dari kesan perkotaan. Pokoknya satu tempat yang gak bisa dibandingkan dengan daerah seperti Pondok Indah atau Bintaro. Kira-kira seperi itu.
Nah, ane harus mengaku sedikit disini. Selain nyambi kuliah, ane juga menyempatkan diri mengajar di TPA masjid dekat rumah. Harus dikatakan juga itu bukan kemauan ane pada awalnya. Orang-orang masjid sendiri yang menawarkan, dan ane setuju saja. Hitung-hitung pengalaman mengajar. Ternyata memang lebih dari sekadar pengalaman mengajar. Benar-benar lebih dari itu.
Ane mengajar di kelas anak-anak yang rata-rata sudah mampu membaca Al-Qur'an dan usia mereka kira-kira antara 6-10 tahun. Kami sekelas ini lumayan kompak. Tiap minggu anak-anak mengumpulkan uang mereka (Rp. 1000) untuk ditabung menjadi uang kas kelas. Lama-kelamaan uang kas kami semakin banyak. Anak murid ane yang menjabat sebagai bendahara kelas, dia membujuk ane untuk 'melakukan sesuatu' dengan uang yang sudah terkumpul lumayan banyak itu. Kami memutuskan untuk mengadakan buka puasa bareng buat anak kelas yang sudah rajin-rajin bayar uang kas itu.
Kebetulan anak-anak kecil yang ngaji dengan ane di masjid---mereka bukan anak TPA, jadi mereka bukan anak kelas ane---juga ingin ikut acara buka puasa bareng. Mereka ane suruh untuk membayar uang 10.000 per-orang, jadi semua orang merasa adil, masa yang ndak bayar uang kas numpang makan gratis? Anak kelas ane bisa ngambek nanti. Jadi ane bilang : "Nt boleh dateng, dateng aja jam 5, tapi minta mamanya uang sepuluh ribu, yaa... kita mau buka pakai Hoka-Hoka Bento..". Begitulah.
Mereka benar-benar datang. Singkatnya acaranya lancar. Meski ada insiden, kotak bentonya kurang satu, coba! Soalnya tamu undangan ternyata diluar perkiraan, yang bukan anak kelas nambah banyak. Ortu juga ngundang anak yatim, dan kotak bentonya memang dilebihin dikit. Syukur alhamdulillah semua kebagian..
Tapi ada masalah lain. Malam harinya ane didatangi kepala sekolah, sebutlah bu Lely. Bu Lely mengeluh karena ane dianggap mengadakan acara sendiri tanpa mengundang guru-guru TPA lain dan anak-anak lain. Ane benar-benar merasa kacau. Ane benar gak tahu seerat itu 'ikatan kekeluargaan' di TPA masjid, sehingga satu acara harus semua orang merayakan. Ane benar-benar dibuat mingkem dan salah tingkah didepan Bu Lely itu. Dia kelihatannya sangat kecewa, dan mungkin sudah mengeluh ke semua guru TPA. Cara biacaranya sangat membuatku tersudut. Dia berceramah soal tradisi TPA masjid sini, soal kebersamaan, soal kekeluargaan, hal-hal yang ane gak mengerti itu. Sekarang mereka pasti menganggap ane terlalu eksekutif atau bodoh atau segala macam. Sungguh sulit.
Yang bisa ane katakan, baiklah.. ane salah. Ane meminta maaf berkali-kali pada Bu Lely. Ane bilang bahwa ane gak tahu menahu kalau satu acara, yang biaya penyelenggaraannya saja dengan uang kas anak-anak, harus melibatkan semua pihak. Ini benar-benar bikin bingung dan ane agak gelisah juga kalau ternyata masalah ini lebih besar dari kelihatannya di mata guru-guru lain. Bu Lely itu cara bicaranya benar-benar mencerminkan perasaan kecewa, dan sepertinya kesal juga. Well, i'm afraid i can do nothing bout it.
Tapi semuanya sudah terlanjur dan lagipula akan ada acara buka puasa bersama seluruh anak-anak, remaja, dan guru-guru TPA hari Minggu nanti (jujur ane jadi males dateng). Begitulah, bisa jadi ane dicap segala macam oleh mereka. Karakter masyarakat sini, berdasarkan kesimpulan ane setelah mendengar cerita-cerita dari ibu ane, adalah bahwa mereka senang bicara di belakang. What a bunch of phonies! Tapi ane tetap saja gak bisa melakukan apa-apa. Toh walaupun ane ngerasa salah, kalau dipikir-pikir, bukannya apa, ane gak sepenuhnya salah. Uang kas itu milik anak-anak dan bahkan ane gak ikut makan Hoka-Hoka Bentonya. Ane cuma menganggap ini adalah acara anak kelas ane dan rencananya memang mau kecil-kecilan saja, sebab apa jadinya tadi kalau mengundang semua orang? Gak mungkin ane nalangin makanan buat guru-guru lain, dengan uang ibu ane! No way. Kalau sudah begitu mau dijamu pakai apa mereka? Ane sebenarnya gak keberatan mengundang mereka, tapi yah.. ane kira kalau yang namanya uang kas yah harus dihabiskan mereka yang membayar saja. Memang gak ada salahnya mengundang. Nah ini salahnya ane juga. Ane gak mengundang mereka. Tapi ane gak mengira akan sebesar ini akibatnya. Ane gak menyangka akan sekecewa itu reaksi guru-guru lain! Whoa, it killed me. I mean, waktu ane di sekolah lama dulu, begitulah tradisi anak-anak. Masing-masing punya urusan. Kalau kelasnya mau buka puasa sendiri ya, silakan.... Tapi kalau mau buka puasa seangkatan, ya berarti semua diundang. Karena kan judulnya BUKA PUASA KELAS dan BUKA PUASA ANGKATAN.. beda tho'??
Ternyata disini gak berlaku begitu. Di masjid dekat rumah itu, acara atau kejadian sekecil apapun harus di-share bersama. Kedengarannya bagus ya? Well, ane tetap saja gak terbiasa begitu. Pertama, karena ane guru baru. Ane baru ngajar sebentar. Ane masih harus tahu lebih banyak tradisi2 disana. Kedua, ane juga gak suka keribetan dan keributan. See what i mean?
Maksud ane kayak gini : kesimpulannya adalah ane makin gak betah tinggal di daerah sini dan ane pikir ane sangat cocok untuk tinggal di kota macam New York atau London aja. Mereka itu hidupnya masing-masing, individualis, tapi gak ada kejadian rumit yang bikin ane salah tingkah disini. Gosh, benci rasanya kalau tiap gerak-gerik ane diawasi mata-mata masyarakat keparat yang gak ada kerjaan ini. Sampai acara buka puasa kelas aja dibikin ribet.
Have a nice day, kids..
PS : ane gak peduli orang mau ngecap ane apa, ane cuma makin ngerasa gak betah aja jadinya.
![]() |
going to place where nobody knows if it's light or day.. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar